Tag
DI
S
U
U
N
OLEH :
ALFIAN MAHARDIKA
HARIS SEPTIAN
Jurusan : Tarbiyah dan Keguruan
Prodi : PAI








BAB I
PENDAHULUAN
  1. LATAR BELAKANG
Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku bangsa, organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, dan sosial budaya. Suku bangsa Indonesia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pedalaman, jika dilihat dari sudut antropologi budaya, belum banyak mengalami percampuran jenis-jenis bangsa dan budaya dari luar, seperti dari India, Persia, Arab, dan Eropa. Struktur sosial, ekonomi, dan budayanya agak statis dibandingkan dengan suku bangsa yang mendiami daerah pesisir. Mereka yang berdiam di pesisir, lebih-lebih di kota pelabuhan, menunjukkan ciri-ciri fisik dan sosial budaya yang lebih berkembang akibat percampuran dengan bangsa dan budaya dari luar.
Pada tahun 30 Hijrih atau 651 Masehi, hanya berselang sekitar 20 tahun dari wafatnya Rasulullah SAW, Khalifah Utsman ibn Affan RA mengirim delegasi ke Cina untuk memperkenalkan Daulah Islam yang belum lama berdiri. Dalam perjalanan yang memakan waktu empat tahun ini, para utusan Utsman ternyata sempat singgah di Kepulauan Nusantara. Beberapa tahun kemudian, tepatnya tahun 674 M, Dinasti Umayyah telah mendirikan pangkalan dagang di pantai barat Sumatera. Inilah perkenalan pertama penduduk Indonesia dengan Islam. Sejak itu para pelaut dan pedagang Muslim terus berdatangan, abad demi abad. Mereka membeli hasil bumi dari negeri nan hijau ini sambil berdakwah. dalam makalah ini akan di bahas lebih mendalam mengenai sejarah perkembangan islam di Indonesia.

  1. RUMUSAN MASALAH
  2. Bagaimana Peroses Masuk Dan Berkembangnya Agama Dan Kebudayan Indonesia ?
  3. Bagaimana teori gujarat ?
  4. Bagaimana teori mekkah ?
  5. Bagaimana teori persia ?
  6. Bagimana teori cina ?

  1. TUJUAN


Ingin mempelajari teori-teori masuknya islam di nusantara melalui teori gujarat, teori makkah, teori persia dan teori cina.
BAB I
PEMBAHASAN
  1. Peroses Masuk Dan Berkembangnya Agama Dan Kebudayan Indonesia
Peroses masuknya dan berkembangnya agama islam di indosesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalm bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 4 teori  yaitu Gujrat, teori makkah, teori persia, dan teori cina. Keempat teori tersebut memberikan jawaban tetntang permasalahan waktu masuknya islam ke indonesia, asal negara dan prilaku tentang membayar atau pembawa agama islam ke nusantara.
  1. Teori Gujarat
Hasil gambar untuk makalah teori masuknya islam ke nusantara
Teori gujrat adalah sebuah teori yang dicatuskan oleh Suouck Hurgronje (1857-1936) yang menyatakan bahwa islam masuk keindonesia dari wilayah-wilayah di anak benua india. Tempat-tempat seperti Gujrat, bengali dan malabar disebut sebagaiasal masuknya islam di nusantara.
Dalam L’arabie et les indes  Neerlandadaise, snouck mayatakan teori tersebut  didasarkan pengamatan tidak terlihatnya peran dan nilai-nilai arab yang ada dalam islam pada masa awal, yakni pada abad ke-12 atau ke-13. Snouck juga materinya di dukung hubungan yang sudah terjalin lama antara wilayah nusantara dengan daerah india.
Islam tidak mungkin masuk nusantara indonesia langsung dari arabia tanpa melalui ajaran tasawuf yang berkembang di india. Dijelaskan pula bahwa daerah tersebut adalah Gujrat. Daerah yang pertama yang dimasuki adalah samudra pasai. Waktunya pada abad ke-13.
Tokoh yang menyosialisasikan teori ini kebnayakan adalah sarjana dari belanda. Sarjana yang menyatakan teori ini adalah J. Pijnapel dari universitas leiden abad ke-19. Menurutnya orang-orang  Arab barmazhab syafei telah bermukim di gujarat dan melebar sejak awal hijryyah abad ke-7 Masehi namun yang menyebarkan islam ke indonesia menurut pijnapel bukanlah dari orang abar langsung, melainkan pedagang gujarat yang telah memeluk islam dan berdagang kedunia timur, termasuk indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, teori ini diamini dan disebarkan oleh seorang  orientalis terkemuka di belanda. Snouck Hurgronje. Menurutnya islam terlebih dahulu berkembang di kota-kota pelabuhan anak benua india. Orang-orang gujarat telah lebih awal membuka hubungan dengan indonesia dibanding dengan pedagang arab. Dalam pandangan Hurgroje, kedatangan orang arab terjadi pada masa berikutnya. Orang-orang arab pada berikutnya. Orang-orang arab yang datang kebanyakna adalan keturunan Nabi Muhamad. Yang menggunakan gelar “Sayid” atau “Syarif” di depan namnya.
Teori gujarat kemudian dikembangkan oleh J.P. moquetta pada tahun 1912 yang memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan malik Al-Saleh yang wapat pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di pasai.
Hasil gambar untuk makalah teori masuknya islam ke nusantara
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
  1. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
  2. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia –Cambay – Timur Tengah – Eropa.
  3. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.
Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.
Demikianlah penjelasan tentang teori Gujarat. Silahkan Anda simak teori berikutnya.
 2. Teori Makkah
Hasil gambar untuk makalah teori masuknya islam ke nusantara
Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. Menurutnya, motivasi awal kedatangan orang Arab tidak dilandasi oleh nilai nilai ekonomi, melainkan didorong oleh motivasi spirit penyebaran agama Islam. Dalam pandangan Hamka, jalur perdagangan antara Indonesia dengan Arab telah berlangsung jauh sebelum tarikh masehi.
Dalam hal ini, teori HAMKA merupakan sanggahan terhadap Teori Gujarat yang banyak kelemahan. Ia malah curiga terhadap prasangka-prasangka penulis orientalis Barat yang cenderung memojokkan Islam di Indonesia. Penulis Barat, kata HAMKA, melakukan upaya yang sangat sistematik untuk menghilangkan keyakinan negeri-negeri Melayu tentang hubungan rohani yang mesra antara mereka dengan tanah Arab sebagai sumber utama Islam di Indonesia dalam menimba ilmu agama. Dalam pandangan HAMKA, orang-orang Islam di Indonesia mendapatkan Islam dari orang- orang pertama (orang Arab), bukan dari hanya sekadar perdagangan. Pandangan HAMKA ini hampir sama dengan Teori Sufi yang diungkapkan oleh A.H. Johns yang mengatakan bahwa para musafirlah (kaum pengembara) yang telah melakukan islamisasi awal di Indonesia. Kaum Sufi biasanya mengembara dari satu tempat ke tempat lainnya untuk mendirikan kumpulan atau perguruan tarekat.

Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat.
Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir).
Dasar teori ini adalah:
  1. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
  2. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
  3. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir.
REPORT THIS AD

Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
3. Teori Persia
Teori Persia mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia berasal dari daerah Persia atau Parsi (kini Iran). Pencetus dari teori ini adalah Hoesein Djajadiningrat, sejarawan asal Banten. Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein lebih menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Tradisi tersebut antara lain: tradisi merayakan 10 Muharram atau Asyuro sebagai hari suci kaum Syiah atas kematian Husein bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Tradisi lain adalah ajaran mistik yang banyak kesamaan, misalnya antara ajaran Syekh Siti Jenar dari Jawa Tengah dengan ajaran sufi Al-Hallaj dari Persia. Bukan kebetulan, keduanya mati dihukum oleh penguasa setempat karena ajaran-ajarannya dinilai bertentangan dengan ketauhidan Islam (murtad) dan membahayakan stabilitas politik dan sosial. Alasan lain yang dikemukakan Hoesein yang sejalan dengan teori Moquetta, yaitu ada kesamaan seni kaligrafi pahat pada batu-batu nisan yang dipakai di kuburan Islam awal di Indonesia. Kesamaan lain adalah bahwa umat Islam Indonesia menganut mahzab Syafi’i, sama seperti kebanyak muslim di Iran.
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan pembawanya berasal dari Persia (Iran).
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti:
  1. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
  2. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
  3. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.
  4. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
  5. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren adalah nama salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak terlepas dari peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati.
Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
  1. Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi menyebarkan Islam di Jawa Timur.
  2. Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di daerah Ampel Surabaya.
  3. Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
  4. Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
  5. Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah Bukit Giri (Gresik)
  6. Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran Islam di daerah Kudus.
  7. Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
  8. Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
  9. Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan Islam di Jawa Barat (Cirebon)
Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di pulau Jawa, Masyarakat Jawa sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang dikasihi Allah.
4. Teori Cina
Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa) berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia—terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam.
Teori Cina ini bila dilihat dari beberapa sumber luar negeri (kronik) maupun lokal (babad dan hikayat), dapat diterima. Bahkan menurut sejumlah sumber lokat tersebut ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dari Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam). Berdasarkan Sajarah Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak beserta leluhurnya ditulis dengan menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti “Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari Mongol, sebuah wilayah di utara Cina yang berbatasan dengan Rusia.
Bukti-bukti lainnya adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh komunitas Cina di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang Cina. Semua teori di atas masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan tersendiri. Tidak ada kemutlakan dan kepastian yang jelas dalam masing-masing teori tersebut.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
  1. Teori gujarat
Agama islam dibawa kenusantara oleh para pedagang muslim dari gujarat, india. Teori ini berdasarkan argumentasinya pada pengamatan bentuk  relief nisan sultan malik al-saleh yang memiliki kesamaan dengan nisan-nisan yang terdapat di Gujarat. Hal tersebut dianggap sebagai bukti adanya hubungan gajirit dan samudra pasai. Bhakan penganut teori ini merajuk nama nabi Muhamad fakir dari melebar sebagai pembawa agama islam ke nusantara \. Diantara pedagang teori ini adalah w.f stutteherhelm.

  1. Teori mekah
Dalam teori ini bahwa kelompok pemduduk nusantara yang masuk islam menganut mazhab syafi’i. Mazhab safi/i merupakan mazhab istimewa di mekah. Selain itu. Sejak tahun 674 telah terdapat perkampungan-perkampungan orang arab di laut sumatra, yaitu barus , suatu daerah yang penghasil kapur terkenal.diantara pendukung teori ini yaitu Van Laeur dan Hamka.

  1. Teori Persia
Teori ini didasrkan adanya beberapa kesaman budaya yang hidup dikalangan masyarakat Nusantara dengan bangsa persia. Kesamaan budaya tersebut antara lain bisa dilihat pada diperingatannya hari asyura atau 10 muharam, suatu peringatan kaum sya’ah untuk mengenang  kematian Husein,, putara Ali bin abi thalib. Teori ini dikemukakan oleh P.A. Hoessein Djajadiningrat.
Meskipun ada teori yang mengenai siapa pembawa islam ke nusantara, para sejarawan sependapat bahwa bahwa agama tersebut kemudian disebarkan dan dikembangkan oleh para ulama pri bumi yang sering di sebut wali songo atau 9 wali.

  1. Teori cina
Teori Cina mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia (khususnya di Jawa) berasal dari para perantau Cina. Orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia—terutama melalui kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M, masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (618-960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan, telah terdapat sejumlah pemukiman Islam.





Daftar Pustaka
Suryanegara, ahmad mansur. 2009. Api Sejarah. Bandung : PT Grafindo Media pratama
Sudarmanto.Y.B..1996.Jejak-Jejak Pahlawan dari Sultan Agung Hingga Syekh Yusuf. Jakarta: Grasindo.
Suryanegara, Ahmad Mansur. 1996. Meneruskan Sejarah – Wacana Pergerakan Islam di Indonesia. Bandung: Mizan.

Sumber Internet